Pilih Bahasa

Tuesday 8 August 2017

Kajian #4 Nashoihuddiniyah



Kajian Rutin    : Kitab Nashoihuddiniyah
Karya             : Syeikh al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
Oleh               : Ust. In’amul Choiri
Tempat           : Musholla An Nur Perum Wahana Cikarang Selatan
Salah satu kegiatan di musholla An Nur

Kajian #4
Beliau al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad - Nafa'anallahu bihi wa bi'uluumihi wa a’adda alaina bin barakatihi. Aamiin) menukil ayat al Qur’an surat Ali Imron ayat 102 agar kita benar benar mengamalkan ayat ini karena hal ini adalah sebaik baiknya bekal bagi manusia. :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”

Ayat ini adalah suatu perintah langsung dari Allah SWT untuk hambanya yang beriman agar mereka bertaqwa. Karena Allah SWT telah mengumpulkan di dalam TAQWA ini segala bentuk kebaikan, baik untuk saat ini (dunia) dan juga kebaikan untuk akan datang (akhirat). 

Tujuan diperintahkan taqwa adalah agar seorang hamba ini memperoleh:
1. Keberuntungan (mendapatkan kebaikan tanpa diduga atas kehendak Allah SWT) 
2. Kebaikan (segala yang mendatangkan kemuliyaan - akhlak yang baik dan ketenangan jiwa)
Sebagaimana yang disampaikan rasulullah saw.
Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)

“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).

3. Pertumbuhan yang lebih baik (perubahan yang lebih baik dari waktu ke waktu) 
4. Kebahagiaan (ketenangan hati dan jiwa atas karunia Allah SWT yang mendatangkan kepuasan batin) 
5. Kemenangan dan kejayaan (dikaruniakan kelebihan keutamaan)
 
Demikian gambaran jelas dan nyata tujuan dari taqwa yang diperintahkan kepada hamba hambanya dan Allah akan mencurahkan rahmatnya untuk hamba hambanya yang beriman karena sifat rahiimnya – kasih sayangnya Allah terhadap orang orang yang beriman. 

Konsep yang sudah disampaikan Allah diatas bahwa untuk menjadi pribadi yang diidam-idamkan semua orang adalah TAQWA. Kita tidak perlu mengkritisi, menguji coba atau mencari jalan lain, karena apa yang disampaikan Allah SWT sudah pasti kebenarannya.

Keyakinan didalam menjalankan perintah tersebut didalam kehidupan kita sehari hari mengantarkan kepada kepastian mendapatkan apa yang sudah dijanjikan oleh Allah SWT. Sebagaimana firmannya

إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji

Sudahkah sampai kisah nabi Musa kepada kita, nabi Musa beserta kaumnya ketika dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya dan mereka hampir tersusul. Para pengikut nabi Musa mulai panik dan gelisah karena dihadapannya terbentang lautan (tidak ada jalan lagi), maka nabi Musa menenangkan kaumnya “

قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku

Maka Allahpun memerintahkan kepada nabi Musa 

فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar

Karena keyakinan terhadap perintah Allah SWT, maka tongkat itupun dipukulkan kelaut (tidak berpikir “kok dipukulkan ke laut tidak ke fir’aun dan tentaranya ???”) karena keyakinan apa yang dikatakan Allah SWT pastilah benar maka dikerjakan sesuai yang diperintahkan dan kemenanganpun diperoleh nabi Musa beserta kaumnya.

Apakah kita mau mencari konsep lain untuk mencari keberuntungan, kebaikan, pertumbuhan yang lebih baik, kebahagiaan, kejayaan menurut definisi kita sendiri ???

Apakah kita lebih mengedepankan akal pikiran kita yang tidak sempurna ini untuk mendapatkan kebaikan yang sempurna???
 

Wallohu a’lam.
Ciksel, 7 May 2017

No comments:

Post a Comment